Sejumlah Negara Tiru Indonesia Terapkan Campuran Minyak Sawit dengan Solar
Selasa, 10 Desember 2019 | 16:35
Liputan6.com, Jakarta - Beberapa negara
meniru langkah Indonesia mengurangi penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM). Cara
yang dilakukan adalah dengan menerapkan campuran minyak sawit 20 persen dengan solar (B20).
Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian
Kemenko Perekonomian Musdhalifah Machmud menyebutkan, negara yang merupakan
produsen sawit yang akan meniru Indonesia menerapkan program B20 adalah
Malaysia dan Thailand.
"Ada beberapa negara produsen sawit yang mulai mencontoh apa
yang bisa dilakukan Indonesia," kata Musdhalifah, dalam acara Forum
Merdeka Barat (FMB) di Kantor Kementerian Informasi dan Komunikasi, Jakarta,
Senin (9/12/2019).
Menurutnya, program mandatori biodiesel yang
diterapkan Indonesia memberikan pengaruh ke dunia. Saat ini pun Indonesia
sedang mempersiapkan untuk meningkatkan campuran biodiesel dengan
solar menjadi 30 persen.
"Sebenarnya kita sudah generate
pemanfaatan biodiesel di seluruh dunia dan beberapa negara meminta advice,"
tuturnya.
Dia mengungkapkan, keberhasilan program
mandatori biodiesel yang diterapkan secara bertahap merupakan hasil
kerjasama dengan seluruh pemangku kepentingan, sehingga dalam pelaksanaannya
tidak mengalami masalah.
"Jadi kita berkolaborasi seperti itu
secara terbukti sampai sekarang tidak banyak permasahan berarti,"
tandasnya.
Sebelumnya, Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM)
mencatat, jumlah 20 persen biodiesel yang sudah dicampur dengan solar sampai
September 2019 mencapai 4,49 juta Kilo liter (KL).
Direktur Bioenergi Direktorat Jenderal Energi
Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Andriah Feby
Misnah mengatakan, dari 6,6 juta KL kuota biodiesel tahun ini yang sudah digunakan 68 persennya
atau 4,49 juta KL.
"Sampai akhir September sudah 68 persen
atau 4,49 juta KL,” kata Andriah, di Jakarta, Selasa (8/10/2019).
Kuota biodiesel 20 persen biodiesel yang dicampur solar pada
tahun ini ditambah pada Agustus 2019 dari sebelumnya sebesar 6,2 juta KL, hal
ini untuk menyesuaikan kenaikan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar.
Alokasi biosolar tersebut akan disalurkan ke
badan usaha penyalur BBM, untuk dicampurkan dengan solar sebelum dijual ke
konsumen, yaitu PT Pertamina (Persero) menjadi 5,59 juta KL dan PT Exxonmobil
Lubricant menjadi 200.080 KL.
PT AKR Corporindo tetap sebesar 407.000 KL, PT
Jasatama Petroindo 105.000 KL, PT Petro Andalan Nusantara 143.750 KL, PT
Shell Indonesia 40.250 KL, PT Cosmic Indonesia 10.500 KL, dan PT Cosmic
Petroleum Nusantara 13.750 KL.
Berikutnya, jatah biodiesel PT Energi Coal
Prima 39.375 KL, PT Petro Energy 4.800 KL, PT Gasemas 44.950 KL, PT Jagad
Energy 2.000, PT Petro Energi Samudera 750 KL, PT Baria Bulk Terminal 4.200
KL, PT Pertamina Patra Niaga 1.200 KL, PT Mitra Andalan Batam 2.800 KL, PT
Vivo Energy Indonesia 10 ribu KL, serta PT Yavindo Sumber Persada 6 ribu Kl.